Minggu, 26 Agustus 2012

6 PERILAKU ANAK YANG HARUS DIPERBAIKI


Kebiasaan-kebiasaan di bawah ini terlihat sepele. Tetapi jika perilaku si kecil yang tak terpuji berikut ini dibiarkan, bisa berkembang menjadi kebiasaan buruk, yang malah membutuhkan lebih banyak waktu dan tenaga. Apa saja gerangan kebiasaan tak baik ini, dan mengapa harus segera diperbaiki?


1. MEMOTONG PEMBICARAAN

Mengapa Harus Dicegah: Kemungkinan anak sedang dalam keadaan sangat gembira, sehingga amat tak sabar untuk segera menceritakannya pada Anda. Jadilah ketika Anda sedang terlibat dalam sebuah pembicaraan dengan orang lain, si kecil menyela, memotong pembicaraan dengan hebohnya. "Mama, tadi di sekolah aku dapat stiker dari Bu Guru, soalnya aku pandai."

Jika perilakunya ini dibiarkan, dengan kata lain Anda dengan senang hati menjawab atau menanggapinya, berarti Anda tidak mengajarkan bagaimana seharusnya menghargai, memperhatikan kepentingan orang lain, dan hanya memikirkan diri sendiri. Nah, kalau hal ini dibiarkan saja, akhirnya anak akan berpikir, dia berhak mengambil perhatian orang lain kapan saja dia mau dan tak perlu bertoleransi pada kepentingan/kesibukan orang lain. Anak juga akan mudah merasa frustrasi jika suatu ketika tidak diikuti kemauanya.

Cara Mencegah: Pada suatu kesempatan, jika Anda sedang menelepon atau berbincang dengan teman dan si kecil menyela, katakan padanya, dia harus menunggu dan jangan memotong pembicaraan yang sedang Anda lakukan. Carikan kesibukan untuknya atau biarkan dia bermain dengan suatu mainan yang membuat konsentrasinya terpusat ke situ.

Seandainya dia memaksa bicara, dudukkan di kursi dan katakan dengan lembut, "Tunggu di sini sampai Mama selesai bicara, ya." Begitu pembicaraan selesai, jelaskan pada anak, dia tidak akan mendapat yang diinginkan jika Anda sedang terlibat pembicaraan dengan orang lain. Jadi, jangan memotong pembicaran ketika Anda sedang berbicara.


2. BERTINGKAH KASAR

Mengapa harus Dicegah: Anda memang harus mencermati ketika si kecil memukul teman bermainnya, tapi tidak harus berlaku lebih agresif seperti mendorong atau menariknya. Sebab, jika Anda membiarkannya berperilaku kasar, bisa menjadi kebiasaan di samping seakan-akan Anda mengizinkan si kecil menyakiti orang lain.

Cara Mencegah: Langsung hadapi setiap perilaku agresif yang dilakukan anak secepatnya. Ajak atau panggil anak, kemudian katakan kepadanya sambil memberinya pengertian bahwa hal itu menyakitkan temannya. Katakan pula, bagaimana rasanya jika sebaliknya temanlah yang menyakiti/memukul dia.

Esoknya atau di lain waktu, pada waktu dia akan mulai bermain lagi, ingatkan bahwa ia tidak diperbolehkan bertindak kasar atau menyakiti orang lain. Cobalah untuk menolongnya dengan mengingatkannya agar tidak mengulangi perbuatan buruknya dan jika dia melakukan kekerasan lagi, stop bermain!


3. PURA-PURA TAK MENDENGAR

Mengapa Harus Dicegah: Ulangi ucapan Anda sampai dua, tiga, bahkan empat kali agar dia mendengar dan mengerjakan apa yang Anda inginkan. Misalnya, membawa barang ke kamarnya atau membereskan mainan. Katakan padanya, tidak baik untuk pura-pura tak mendengar atau mengacuhkan apa yang Anda katakan dan tidak melaksanakan atau tidak melakukan apa yang harus dikerjakannya.

Anda harus terus mengingatkannya lagi dan lagi sampai ia melakukannya. Koreksi merupakan kekuatan di dalam pembentukan sifat dan jika Anda terus melakukan agar ia berperilaku baik, akhirnya anak akan menjadi biasa dengan segala sesuatu yang baik. Sebaliknya, jika dibiarkan, anak akan melawan, tak mau tahu aturan, dan lepas kontrol.

Cara Mencegah:Daripada berbicara sambil berteriak-teriak dari dalam kamar, sebaiknya datangi anak dan katakan padanya apa yang harus dilakukannya. Tatap mukanya, pandang matanya, saat berbicara padanya, dan tunggu sampai dia menjawab, "Ya." Belai pundaknya, sebut namanya dengan lembut, matikan TV. Hal ini akan membuat perhatiannya penuh diberikan pada Anda.

Jika ia tetap tak peduli, tidak bergerak, beri hukuman padanya semisal tak boleh menonton film kartun favoritnya selama seminggu, tak boleh main sepeda, dan lainnya. Hal ini harus diterapkan pada anak agar kebiasaan buruknya itu tak terbawa hingga ia dewasa kelak.


4. TANPA ATURAN

Mengapa Harus Dicegah: Pastinya menyenangkan jika anak dapat membeli sendiri snack atau DVD kesukaannya. Tapi cobalah tetap mengontrol kegiatannya supaya tetap sesuai dengan aturan yang berlaku dalam keluarga. Mungkin terdengar hebat jika anak usia 2 tahun sudah bisa dan terbiasa mengambil makanan dari lemari sendiri tanpa meminta izin pada Anda. Tapi tunggu sampai dia berumur 8 tahun, saat ia pergi ke rumah teman tetangga, mengambil semaunya tanpa meminta. Nah, memalukan, bukan?

Cara Mencegah: Buat aturan-aturan di rumah dan bicarakan hal ini sesering mungkin dengan anak-anak. Misalnya, jika ia menginginkan cokelat, anak harus minta izin terlebih dahulu dan itu adalah peraturan yang berlaku di rumah Anda. Atau jika anak langsung menyalakan TV tanpa izin Anda, minta agar ia mematikannya dan setelah itu terangkan sambil mengajarkan padanya bahwa dia harus minta izin Anda terlebih dahulu jika ingin menonton TV.

Membuat dan menjalankan aturan akan menolong anak berdisplin, menghargai orang lain, dan tak cuma memikirkan kesenangan diri sendiri.


5. ATURAN MINIM

Mengapa Harus Dicegah: Mungkin tidak pernah terpikir oleh Anda ketika anak masih kecil ia berteriak-teriak atau membiarkan ingus keluar dari hidung tanpa mengajarinya untuk menyekanya. Akhirnya, perilaku itu terbawa hingga ia besar dan sudah sulit diperbaiki.

Pada umumnya, perilaku yang tidak baik sering dimulai ketika anak berada dalam usia balita. Beberapa orang tua berpendapat, "Toh, nanti juga hilang sendiri," Padahal, jika Anda tidak mengajarkannya sejak dini, bisa menjadi masalah besar di masa datang.

Cara Mencegah: Biasakan anak mengerti dan menaati perilaku serta tata terib dengan baik. Katakan sejak sedini mungkin, ada aturan untuk berbuat yang lebih baik di depan umum. Seperti misalnya jika anak pilek, beri dia tisu dan ajarkan cara membersihkan hidungnya jika ingus keluar, lalu buang tisu di tempat sampah. Jika ia mememerlukan sesuatu, biasakan untuk mendekat dan berkata dengan sopan, bukan berteraik-teriak memanggil-manggil.

Jika anak tetap melakukan apa yang telah diajarkan, Anda dapat menolak keinginannya dengan cara pergi sambil mengatakan bahwa Anda tidak mau menolongnya jika dia tetap berlaku yang tidak semestinya. "Kalau kamu ngomongnya sopan, Mama akan mendengarkannya." Lakukan terus dengan konsisten.


6. MEMBESAR-BESARKAN KENYATAAN ALIAS BOHONG

Mengapa Harus Dicegah: Jangan menganggap seolah-olah bukan suatu hal yang penting jika anak Anda mengatakan dia telah merapikan tempat tidurnya dengan susah payah padahal hal itu sama sekali tak benar. Atau dia bercerita kepada temannya bahwa liburan kemarin dia pergi ke Disney World padahal sebetulnya dia belum pernah ke sana. Bahkan naik pesawat terbang pun, belum pernah.

Jika hal ini terjadi, sangat penting untuk membicarakannya dengan anak dan jangan pernah dibiarkan! Soalnya, berbohong dapat menjadi suatu hal yang otomatis. Kalau anak belajar dan merasa bahwa dengan membual merupakan cara yang mudah agar dia dipandang lebih hebat oleh temannya atau mencegah terjadinya masalah yang lebih besar yang telah diperbuatnya, segera perbaiki tingkah laku anak!

Cara Mencegah: Jika Anda mendapati anak berbohong, ajak dia duduk bersama dan langsung bicarakan mengenai masalahnya. Misalnya, Anda mengatakan, "Memang sangat menyenangkan, ya, kalau kita bisa pergi ke Disney World. Mudah-mudahan suatu hari kita bisa pergi ke sana. Tapi kamu enggak boleh berbohong bilang pada temanmu sudah pergi ke sana. Sebab, kalau kamu suka berbohong, nanti jika kamu benar-benar melakukan sesuatu yang benar, tidak akan ada lagi yang percaya karena tahu kamu sudah berbohong. Nah, akhirnya kamu enggak punya teman. Enggak enak, kan?"

Atau jika anak berkata sudah menggosok giginya, periksa giginya. Jika ternyata belum, suruh dia segera menggosok gigi dengan bersih. Kontrol terus hal-hal seperti ini dan berikan mereka pengertian. Jangan pernah bosan melakukannya! Anda ingin si kecil berperilaku baik di saat ia besar nanti, kan?

Sumber : Ir. Hendry Risjawan, MTC, CH, CHt, CHI, EITC

TIPS UNTUK ORANG TUA DAN GURU

 MEMUJI, BAIK ATAU BURUK ?

Orangtua dan pengajar, kerap kali menggunakan pujian untuk mendorong minat anak atau siswanya. Namun, sadarkan Anda, pujian yang terlalu sering dilontarkan pada anak justru bisa berdampak buruk?

Konsultan pendidikan High/Scope Foundation USA, Julie Wigton mengatakan, anak yang sering diberikan pujian akan tumbuh menjadi seorang yang "gila" akan pujian atau praise junkies.

"Pujian yang sering dilontarkan pada anak akan membuat anak menjadi tidak berkembang, tidak kreatif karena apa yang mereka kerjakan hanya untuk mendapatkan pujian atau melakukannya demi seseorang yang memberikan pujian," paparnya di Jakarta, Rabu (21/1).

Seringkali seorang guru di dalam kelas berkata, "Bagus sekali warna hijau untuk rumput yang kamu gambar". Menurut Julie ungkapan tersebut justru akan mematikan kreativitas anak itu atau anak yang lainnya, karena tidak mustahil yang lain pun akan "Bu, rumput aku juga hijau" atau "aku juga mewarnai rumput dengan warna hijau".

Hal itu dilakukan hanya untuk mendapatkan pujian dari sang guru, sebelumnya telah memberikan pujian pada anak yang mewarnai rumput dengan warna hijau.

Dari sisi anak, pujian yang diberikan akan membuat anak mengulangi hal yang sama yang dianggap bagus oleh guru. Sehingga anak tidak berani untuk mencoba hal yang lain dan baru karena khawatir tidak akan mendapat pujian lagi.

"Yang terpenting adalah bagaimana anak mengekspresikan ide mereka. Bukan penilaian yang diberikan guru," ungkap Julie.

Dampak negatif dari pujian adalah anak menjadi tergantung pada duru, orang tua atau dewasa lainnya.

"Anak jadi selalu meminta penilaian pada orang dewasa, apakah gambar saya bagus, dengan kata lain apakah gambar saya sudah sesuai dengan keinginan ibu? padahal kreatifitas anak tidak boleh dibatasi," papar Antarina S.F Amir, Ketua High/Scope Indonesia.

Antarina menambahkan, dengan adanya pujian maka anak cenderung tidak mampu untuk memberikan penilaian sendiri terhadap karyanya. Mereka tidak bisa berkata atau menilai apapun karena penilaian sudah ada di tangan guru atau orang tua.

Dampak yang lebih mengkhawatirkan adalah ketika penilaian guru terhadap karya anak dengan sebuah ungkapan, maka hal tersebut akan menciptakan sekolah pabrik.

"Guru berkata, 'bagus', 'pintar', 'perkerjaan yang baik sekali' terhadap satu anak maka tidak dapat dipungkiri anak lainnya akan berlaku sama karena anak cenderung takut mengambil resiko berbeda, takut tidak mendapat 'bintang' dari guru," ungkap Antarina.

Penelitian yang dilakukan High/Scope Foundation, karya anak yang dibebaskan dalam berkreasi hasilnya lebih baik daripada mereka yang mealakukannya untuk mendapatkan pujian.

Pujian memang bukan sesuatu yang haram, justru baik untuk menghargai hasil kerja anak namun yang terpenting dapat mendukung anak untuk menjadi lebih baik. Strategi yang dapat dilakukan yaitu dengan mendorong anak untuk bisa menggambarkan usaha, ide dan karya mereka.

Gunakan ungkapan yang menyatakan bahwa karya anak itu bagus atau benar dengan ungkapan yang spesifik bukan dengan penghakiman bagus, baik atau benar.

"Jika terbiasa dengan berkata, 'Bagus, kamu memberi warna hijau untuk rumpu, cobalah untuk merubah dengan 'ceritakan bagaimana kamu bisa merwarnainya? Dengan begitu anak akan berani untuk menceritakan kenapa rumput berwarna hijau atau dapat memberi warna lain sesuai dengan imajinasi dan kreatifitas mereka," papar Julie.

Bagus atau buruk pekerjaan anak berilah dorongan padanya, bukan pujian atau celaan. dengan begitu anak dapat bisa menghargai pekerjaannya sendiri. Selain itu anak juga dapat berkembang sesuai dengan usianya.

Jika orangtua dan guru tidak ingin generasi muda Indonesia tercetak dengan 'cetakan' yang sama, maka bisa memulail dari sekarang untuk melahirkan generasi Indonesia yang mandiri dan kreatif dengan pujian yang dapat memotivasi. (cr1/ri)[Republika]

TUPOKSI KEPSEK


TUGAS POKOK DAN FUNGSI
(TUPOKSI)

KEPALA SEKOLAH

1.    Kepala Sekolah sebagai Pendidik (Educator)
a. Membimbing guru dalam hal menyusun dan melaksanakan program pengajaran, mengevaluasi hasil belajar dan melaksanakan program pengajaran dan remedial.
b. Membimbing karyawan dalam hal menyusun program kerja dan melaksanakan tugas sehari-hari.
c.  Membimbing siswa dalam kegiatan ekstra kurikuler, OSIS dan mengikuti lomba diluar sekolah.
d. Mengembangkan staf melalui pendidikan/latihan, melalui pertemuan, seminar   dan diskusi, menyediakan bahan bacaan, memperhatikan kenaikan pangkat,  mengusulkan kenaikan jabatan melalui seleksi calon Kepala Sekolah.
e. Mengikuti perkembangan iptek melalui pendidikan/latihan, pertemuan,  seminar, diskusi dan bahan-bahan.

2.    Kepala Sekolah sebagai Manajer (Manager)
a. Mengelola administrasi kegiatan belajar dan bimbingan  konseling dengan memiliki data lengkap administrasi kegiatan belajar mengajar dan kelengkapan administrasi bimbingan konseling.
b. Mengelola administrasi kesiswaan dengan memiliki data administrasi kesiswaan dan kegiatan ekstra kurikuler secara lengkap.
c.  Mengelola administrasi ketenagaan dengan memiliki data administrasi tenaga   guru dan Tata Usaha.
d. Mengelola administrasi keuangan Rutin, BOS, dan Komite.
e. Mengelola administrasi sarana/prasarana baik administrasi gedung/ruang,   mebelair,  alat laboratorium, perpustakaan.

3.    Kepala Sekolah sebagai Pengelola Administrasi (Administrator)
a. Menyusun program kerja, baik jangka pendek, menengah maupun jangka panjang.
b. Menyusun organisasi ketenagaan disekolah baik Wakasek, Urusan-urusan, Wali kelas,  Staf UPTD, Bendahara, dan Personalia  Pendukung  misalnya   pembina   perpustakaan,   pramuka,  OSIS,   Olah   raga.  Personalia kegiatan temporer, seperti Panitia Ujian, panitia peringatan hari besar nasional atau keagamaan dan sebagainya.
c.  Menggerakkan staf/guru/karyawan dengan cara memberikan arahan dan   mengkoordinasikan pelaksanaan tugas.
d. Mengoptimalkan sumberdaya manusia, memanfaatkan  sarana / prasarana   dan merawat sarana prasarana milik sekolah.

4.    Kepala Sekolah sebagai Penyelia (Supervisor)
a. Menyusun program supervisi kelas, pengawasan dan evaluasi pembelajaran.
b. Melaksanakan program supervisi.
c.  Memanfaatkan hasil supervisi untuk meningkatkan kinerja guru/karyawan dan untuk pengembangan sekolah.


5.    Kepala Sekolah sebagai Pemimpin (Leader)
a. Memiliki kepribadian yang kuat, jujur, percaya diri, bertanggungjawab, berani mengambil resiko dan berjiwa besar.
b. Memahami kondisi guru, karyawan dan anak didik.
c.  Memiliki visi dan memahami misi sekolah yang diemban.
d. Mampu mengambil keputusan baik urusan intern maupun ekstern.
e. Mampu berkomunikasi dengan baik secara lisan maupun tertulis.

6.    Kepala Sekolah sebagai Pembaharu (Inovator)
a. Mampu mencari, menemukan dan mengadopsi gagasan baru dari pihak lain.
b. Mampu melakukan pembaharuan di bagian kegiatan belajar  mengajar  dan bimbingan konseling, pengadaan dan pembinaan tenaga guru dan karyawan,   kegiatan ekstra kurikuler dan mampu melakukan pembaharuan dalam menggali sumber daya manusia di Komite dan masyarakat.

7.    Kepala Sekolah sebagai Pendorong  (Motivator)
a. Mampu mengatur lingkungan kerja.
b. Mampu mengatur pelaksanaan suasana kerja yang memadai.
c.  Mampu menerapkan prinsip memberi penghargaan maupun sanksi hukuman yang sesuai dengan aturan yang berlaku.